Selasa, 09 Desember 2014

Bercerita Bersama Trans Jogja

Trans Jogjakarta (sebuah media transportasi yang Ramah)

Busway atau Trans Jakarta, siapa yang tidak mengenal alat transportasi umum satu ini, bagi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya bisa hampir setiap hari menaiki Transportasi ini. gw pribadi yang bertempat tinggal di sekitaran Jakarta baru sekali-kalinya menaiki Trans Jakarta, tetapi gw lebih sering menaiki bus Trans Jogja daripada Trans Jakarta. Lho di Jogja ada busway?, banyak orang-orang yang gw temui tidak tahu kalau kota Jogjakarta sudah memiliki Transportasi unik seperti busway dengan penggunaan jalur sendiri namun bukan jalur steril yang kendaraan lain tidak diperkenankan berada dijalur tersebut.

Trans Jogja, bis nya berwarna hijau dan memiliki fasilitas sederhana namun setara dengan Trans Jakarta. Awalnya gw gak mengira kalau halte kecil berwarna hijau itu adalah sebuah halte Trans Jogja, ukurannya hanya sebesar warung makan kecil dengan tempat duduk seadanya dan tanpa pengamanan ketat. Dihalte tersebut hanya ada 1 orang penjaga yang bekerja double, sebagai penjaga loket, keamanan dan juga penunjuk koridor bus apabila kita bertanya arah-arah bis selanjutnya. Pengalaman mengesankan nan penuh keramahan itu gw rasakan ketika gw lagi berlibur ke jogja selama tiga hari, rasa-rasanya keramahan dari Trans Jogja perlu ditanamkan pada Trans Jakarta. Setiap menuju ke beberapa tempat wisata di kota gudeg, gw harus menaiki Trans Jogja, kalau kendaraan lain seperti becak dan angkutan umum lainnya sih ada cuman gw disini sebagai turis, nah turis itu biasanya gampang dibegoin soal tarif angkutan umum yang tidak tetap itu.

Nah, di Trans Jogja, kita Cuma perlu mengeluarkan uang 3ribu rupiah untuk sekali jalan dan kita tidak dikenakan tarif tambahan jika kita berpindah bis selama masih berada di jalur arah Bus Trans Jakarta, kalau berhenti lalu naik bis di halte seberang ya mesti bayar lagi 3ribu. Di beberapa Halte memiliki 2 orang penjaga, tapi sepertinya hanya beberapa halte yang dijaga oleh satu orang saja, itupun halte-halte yang jauh dari keramaian. walaupun haltenya sederhana, soal keramahan serta pelayanan bisa mengalahkan Trans Jakarta lho. Zumpah ane zuzur...

Untuk menuju menaiki bis tersebut, gw harus masuk melalui pintu depan, padahal sih masuk lewat mana saja jadi karena pas pertama kali gw sampai di jogja malah masuk ke halte lewat pintu keluar sehingga sang penjaga halte tersontak kaget ada pria jangkung yang tiba-tiba nongol dari pintu keluar. Di pintu masuk, gw gak bakalan bisa masuk sebelum membeli tiket karena tertahan oleh pager besi yang hanya terbuka apabila kita sudah memasuki tiket berbentuk kartu ATM kedalam mesinnya. Sebelum kita membeli tiket, petugas penjaga halte akan menanyakan tujuan kita kemana, mereka tidak akan melayani calon penumpang yang tidak tahu arah tujuannya kemana. Setelah gw memberitahukan arah tujuan kemana, sang petugas dengan ramah memberikan wejangan nomer-nomer bis mana saja yang mesti gw naikin, dia pun tidak sungkan-sungkan meminjamkan pulpen ke gw untuk mencatat segala ucapannya.

Rabu, 10 September 2014

Seven Sins Part 3

Sebenarnya aku tertarik dengan apa yang dijelaskan oleh perusahaan ini, membunuh setiap orang yang dirasa tidak perlu ada didunia apalagi setiap hari saya mendengar berita tentang korupsi yang memakan hak rakyat kecil, sang koruptor pun merasa tidak keberatan berada di penjara karena nikmat dan hanya untuk sementara. Betul juga apa kata Erik, kalau polisi saja sudah kotor, pemerintah sudah bungkam, rakyatlah yang memberi keadilan. Saya diberikan waktu selama 3 hari untuk berfikir dan melakukan persiapan dalam pekerjaan baru ini, gaji yang diberikan kepadaku nanti rasanya teramat besar, 50juta untuk sekali tugas dan akan ada tambahan apabila berhasil membunuh orang-orang yang telah masuk kedalam daftar kematian.

Saya dikembalikan ketempat dimana mereka menyulik saya, semua orang yang ada di Seven tergolong ramah-ramah namun sayangnya saya dibius lagi sehingga saya tidak tahu perusahaan seven berada persis posisinya ada dimana, sadar-sadar saya sudah sampai di jembatan kali. Bukan hanya dipulangkan dengan aman, saya pun diberikan sebuah amplop yang berisi uang dengan nominal 5 Juta rupiah, baru kali ini saya memegang uang 5 Juta dalam sehari, gaji yang berasal dari tempatku bekerja saja hanya 3 juta saja, itupun tidak ada tambahan apapun. Mungkin ini rejeki dari Tuhan untuk saya, pas sekali saya sampai rumah sudah adzan subuh, sepertinya saya tidak masuk kantor hari ini karena badan masih sangat teramat lelah. Ketika sujud solat subuh pun saya sempat ketiduran hingga akhirnya benar-benar tidur hingga pukul 2 siang.

Saya melihat jam di dinding sudah pukul 2 siang lewat 15 menit, rasanya kepala masih tetap berat tidak karuan, mungkin efek kurang istirahat dan dehidrasi karena semalam saya tidak minum cairan sama sekali. Masih terbayang-bayang dengan omongan Erik, tawaran pekerjaan yang cukup menggiurkan namun harus membunuh atau terbunuh. Sialnya saya tidak bisa mundur atau melarikan diri, sepertinya mereka memilih saya dengan paksa dan apabila tidak mau saya akan menjadi bangkai. Lalu kenapa saya yang terpilih oleh mereka?

Saya sudah mengorbankan waktu bekerja sehari untuk berfikir tentang pekerjaan kejam ini, keesokan harinya saya harus bekerja secara normal agar tidak dicurigai oleh atasan jika saya sedang mengalami masalah. Kembali kerutinitas biasa dan berjalan seperti biasanya namun entah kebetulan atau tidak, saya mengalami banyak kejadian kekerasan jalanan. Ketika saya sedang menaiki sebuah angkutan umum, tiba-tiba angkot yang saya tumpangi dibajak oleh 3 orang preman dengan mulut bau alkohol. Penumpang didalam angkot kebanyakan wanita sedangkan sang pria hanya saya dan supir angkot tersebut, ketiga preman tersebut badannya besar-besar dan bertato, dipastikan saya tidak akan berani melawan, saya pun hanya pasrah jam tangan saya diminta paksa oleh mereka karena mereka tidak menggunakan tangan kosong dalam memalak, melainkan dengan sebilah pedang pendek siap menghunus ke tubuh orang-orang yang mencoba melawan.

Beruntung dompet serta telepon genggam saya tidak dirampas, kalau semua dirampas maka saya tidak dapat melanjutkan perjalanan menuju kantor. Padahal saya melihat ada 2 orang aparat diujung jalan, entah tidak melihat kejadian yang cepat itu atau memang melihat aksi tersebut tetapi takut untuk melakukan tindakan. Di busway saya menyaksikan siaran berita pagi, lagi-lagi para koruptor yang menikmati hasil uang rakyat dengan tanpa dosa dan masih bisa tersenyum tak menyesal saat kamera menyorot wajahnya. Saya melihat koran yang sedang dibaca sambil berdiri oleh bapak-bapak tua didepan saya, dikoran tersebut terlihat sebuah berita mengenai gang motor yang membantai dan merampok pejalan kaki dengan sadisnya. Semakin hari kelakuan binatang anak-anak geng motor makin beringas, waktu setahun lalu saya memiliki keponakan yang tangannya putus akibat diserang oleh beberapa anak geng motor di bandung saat sedang belanja di minimarket. Kasian kalau saya melihatnya, kalau saja saya berada disana, pasti sudah saya bantai orang-orang seperti itu, sampah semua.

Kamis, 12 Juni 2014

Seven Sins Part 2

Salah satu dari mereka berbicara kepada saya sambil membuka pintu mobil dan mempersilahkan saya untuk masuk kedalam mobil tersebut. sepertinya saya memang harus mengikuti perintahnya, saya berpikir untuk apa saya memiliki rasa takut untuk dibunuh oleh mereka?, selama saya hidup didunia tidak pernah membuat masalah sedikitpun terhadap orang-orang yang memiliki banyak bodyguard. Apakah saya telah mengecewakan teman kantor yang terlibat cekcok dengan penjaga catering, tidak mungkin, darimana dia bisa punya duit untuk membayar orang sebesar kulkas dua pintu tersebut. apa mungkin ini ulah dari salah satu MLM yang pernah saya ikuti kiprahnya lalu diam-diam keluar sambil menuliskan komplain produk karena telah membuat perut adik saya mules-mules ketika ingin wasirnya sembuh dengan cara mengkonsumsi obat MLM tersebut. sepertinya bukan juga.

Salah seorang merebut pistol dari tanganku lalu membuangnya ke kali sambil berucap jika pistol itu sebenarnya hanya sebuah mainan. Dia mendorongku perlahan dengan telapak tangannya yang sebesar telapak beruang cokelat, hingga akhirnya aku masuk kedalam mobil hitam ber-plat nomor B 1 LLY. Ketika saya duduk dibangku dalam mobil, dari belakang muncul tangan kekar menutup hidungku dengan sapu tangan, baunya menyengat sekali seperti bau apel cuka yang benar-benar sudah kadarluarsa, rasanya ingin muntah tapi mengantuk dan berhasil membuatku perlahan tak sadarkan diri, saya pun tidak tahu akan dibawa kemana, saya tertidur.

***

Mataku perlahan terbuka, masih sedikit perih hidungku karena obat bius tersebut, cairan apa yang mereka beri sehingga saya tertidur pulas dengan hidung perih. Saya sepertinya berada disebuah kamar kecil yang kesemuanya berwarna putih seperti ruangan rehabilitas pasien rumah sakit jiwa, saya berada di atas ranjang empuk dengan seprai berwarna putih namun diantara warna-warna putih yang ada diruangan ini, hanya satu warna hitam gelap berada di sisi ujung ruangan, sepertinya itu adalah sebuah pintu karena terdapat bacaan exit. Apakah saya dijadikan manusia percobaan untuk sebuah proyek ramuan formula yang nantinya bisa membuat manusia lebih kuat serta lebih bertenaga?, jadi ingat sebuah iklan minuman kesehatan dengan model ade rai.

Kepalaku masih sedikit pusing, hanya bisa terbangun dan duduk di pinggiran ranjang sambil menatap sekeliling ruangan. Tempat apa ini?, asing sekali bagiku, saya hanya tahu model tempat seperti ini hanya ada diruangan kamar rumah sakit jiwa tetapi dindingnya tidak terbuat dari bahan yg lunak melainkan tembok biasa. Tiba-tiba ada seorang pria tinggi mengenakan jas hitam-hitam dengan tersenyum menyebut namaku sambil mendekati diriku namun saya langsung mendekatinya dan mencoba memukulnya tetapi rasanya aku sangat lemah sehingga pukulanku bisa ia halau. Aku dicekik olehnya dan dibanting kesebuah meja dengan begitu pasrahnya, ah sial... kenapa aku tiba-tiba mau melawan dirinya?

tenang kawan, tidak perlu pakai kekerasan, kami tidak ingin menyakiti, kami hanya butuh bantuanmu kawan”

30 Menit setelah merasa diriku tenang untuk diajak bicara, saya dibawa kesebuah ruangan yang mirip dengan ruangan kerja dengan ciri khas binder-binder file tersusun rapih dirak-rak kayu berwarna coklat tua dan tidak lupa ukiran kayu Garuda Indonesia diantara foto bapak Presiden serta wakilnya. Saya sebenarnya masih dalam perasaan ketakutan, entah sudah jam berapa sekarang atau malah sudah 3 hari saya pingsan disini tetapi saya tidak merasa lapar sama sekali sehingga saya berpikir jika saya masih dihari yang sama, mungkin sejam saya pingsan.

Saya duduk dibangku empuk dan pria itu ada dihadapanku diantara meja kerjanya, disamping saya duduk terdapat tembok besar yang memiliki layar proyektor. Di meja tersebut tersaji beberapa kue tart dan secangkir kopi yang menggugah selera, ingin rasanya mencoba salah satunya tapi saya takut jika tiba-tiba kepala saya dihantam lagi ke meja.

Perkenalkan nama saya Erik, saya bagian konsultan dan penerima pegawai”

pegawai?”

Lalu dia berdiri dari duduknya setelah saya bertanya demikian, ia menyalakan sebuah proyektor dan sebuah video dengan gambar-gambar aneh mulai bermunculan. Sambil memegang cangkir kopi berwarna putih, dia mulai menjelaskan semua yang ada di gambar video tersebut.

Kami adalah sebuah perusahaan yang dibentuk berdasarkan sebuah kekecewaan dari 7 hati yang merasa perlu membentuk sebuah wadah dimana kita bisa merubah bangsa ini menjadi yang lebih baik, 7 (Seven) karena kita ada 7 hati. Lalu pasti anda berfikir kita memproduksi barang apa?, kenyataannya kita tidak memproduksi apapun selain perintah kepada anda yang merupakan calon pegawai kami”

Dia menjelaskan panjang lebar tapi tetap pada awal-awal penjelasan saya menjadi bingung sekali, selama satu jam penjelasan dengan gambar-gambar serta video lama kelamaan saya mengerti kenapa saya diculik dan kenapa saya ada disini. Sebenarnya ini bukan perusahaan yang memproduksi sesuatu barang, melainkan sebuah perusahaan jasa yang bergerak sendiri berdasarkan keinginan 7 hati tersebut alias keinginan 7 orang pemegang kuasa perusahaan ini. 7 orang yang ada dibalik perusahaan tersebut berasal dari 7 negara yang berbeda-beda, masing-masing memegang penuh negara yang ia kuasain. Pada foto-foto terakhir terdapat beberapa foto pembunuhan dan beberapa foto orang-orang yang bekerja diperusahaan Seven dengan memegang senjata api berbagai jenis, apakah perusahaan ini penghasil senjata?, ternyata bukan, hal tersebut yang membuat saya berkeringat dingin.

Kamis, 29 Mei 2014

Seven Sins Part 1

Siapa yang ingin menjadi pembunuh untuk kepentingan pribadi?, saya rasa tidak akan mungkin ada yang mau menjadi seperti itu. lalu bagaimana jika menjadi pembunuh untuk kepentingan bersama?, diberikan bayaran yang cukup menggiurkan dan peralatan yang cukup untuk menghilangkan nyawa seseorang. Dibilang dosa ya dosa namun ada rasa kebanggaan tersendiri karena membuat orang banyak menjadi tersenyum puas melihat kematian yang ditunggu, walaupun ada perasaan yang menjadikan diri seorang pembunuh seperti dikejar-kejar rasa bersalah.

Saya Moskie, sebenarnya bukan nama asli tetapi saya lebih menyukai menggunakan nama Moskie dibandingkan harus menggunakan nama Asli. Saya berumur 28 tahun dengan tinggi 184 cm dan memiliki hobi mengoleksi tiket bioskop yang pernah saya tonton. Pekerjaan saya saat ini sebagai pegawai kantoran yang setiap harinya menatap komputer dengan penuh konsentrasi hingga mata merah dan berair, beruntung saya tidak pernah mendapati masalah dengan mata sehingga tidak pernah menggunakan kacamata untuk memperjelas penglihatan. Rasanya kehidupan saya hanya seperti itu-itu saja, berangkat kerja pagi-pagi bersama para masyarakat kantoran lainnya dibilangan jakarta dan pulang bersama para pegawai yang menggerutu tentang kemacetan Jakarta, belum lagi kejahatan yang semakin marak hingga menjadi hal biasa.

Entah negara Indonesia akan menjadi seperti apa?, pegawai biasa tetap menjadi pegawai sedangkan gembel tetaplah gembel namun para penguasa akan semakin makmur menggilas para kaum miskin dan calon kaum miskin demi kepuasan semata. Saya hanya bisa merenung sambil menikmati perjalanan pulang menaiki Trans Jakarta menuju Casablanca, entah sampai kapan saya harus seperti ini tanpa kemajuan namun perlahan tapi pasti berada dalam kemunduran. Setiap hari pulang pada jam dimana para masyarakat umum sudah terlelap dalam mimpi, saya sendiri baru sampai didepan pintu rumah sederhana dengan sebuah sepeda motor bebek terparkir cantik menanti saya pulang setiap hari. Tetapi malam ini rasanya berbeda dari biasanya, keset hitam yang terdapat tulisan “Selamat Datang” terdapat sebuah surat tebal berwarna hitam mengkilap, entah apa isi suratnya dan memang membuat saya langsung penasaran.

Sambil duduk di sofa menikmati alunan musik klasik tahun 70an dari komputerku, saya membuka surat tersebut yang susah sekali dibuka dan harus menggunakan pisau. Didalam kartu tersebut hanya ada sim card salah satu provider selular terlama di Indonesia dan sebuah kertas kecil bertuliskan petunjuk bahwa saya harus memasukan simcard tersebut ke telepon genggam, lalu menghubungi nomer dibalik amplop surat tersebut. siapa pula yang memberikan saya amplop yang seperti ini? hanya ada nomor telepon yang harus dihubungi melalui sim card tersebut, tanpa nama dan tanpa identitas apapun. Saya mencoba menghubungi nomor telepon tersebut dengan nomor telepon yang saya punya tanpa harus menggantinya terlebih dahulu namun hasilnya tulalit tidak dapat dihubungi. Lalu saya melepaskan sim card telepon genggam dan memasukkan simcard yang terdapat pada amplop surat tersebut, saya iseng untuk mengecek pulsa sim card tersebut namun tidak dapat dihubungi, aneh... apa untuk mengecek pulsa sudah tidak menggunakan nomor tersebut?, padahal sinyal telepon sangat kuat dan penuh. Didaftar kontak hanya ada nomor telepon yang sama dengan yang ada di balik amplop tersebut, sepertinya memang saya harus menghubungi nomor tersebut.
Aneh, nomor telepon tersebut tersambung secara normal padahal ketika saya menggunakan nomor telepon yang bukan dari sim card ini tidak ada nada-nada tersambungnya alias tulalit. Sepertinya nomor telepon yang ada di balik amplop surat tersebut sudah di atur hanya bisa dihubungi oleh nomor dari simcard ini saja 5 kali nada sambungan langsung ada suara seorang pria berumur sekitar 50tahunan dengan logat agak kemedan-medanan “ya selamat malam tuan ?”