Sebuah
tulisan dari seorang penulis
Malam
dingin diatas loteng, ditemani segelas kopi Nescafe dan laptop ACER
yang setia menemaniku dikala aku ingin menggoreskan Microsoft word
dengan karya tulisan amatirku. Melihat bintang malam saat ini sangat
begitu indah, kerlap kerlip melukiskan langit malam sehingga
membuatku merasa tenang dan melupakan sejenak aktifitasku tadi pagi
hingga sore hari. Sedikit termenung memikirkan cerita kehidupanku
saat ini, mungkin ada beberapa cerita yang unik namun kebanyakan
menyedihkan tetapi memberikan sebuah pengalaman hidup yang nanti bisa
ku ceritakan kepada anak-anak ku nanti atau menjadi sebuah dongeng
kecil sambil menemani seorang istriku tertidur nanti.
Waktu
terus bergulir, hingga sebentar lagi aku menginjak ke usia 23,
mungkin banyak yang kaget atas umurku yang masih muda. Tidak kawan,
bagiku umur menjelang 25 itu sudah hampir tua hehehehe…. Tidak ada
yang tahu sampai kapan umur kita terus bertambah dan aku menargetkan
diri jika sudah memasuki umur 25 aku harus memiliki segalanya.
Optimis?, sudah pasti, kita harus menjadi seseorang yang optimis
dalam hal apapun, hanya orang bodoh dan tidak ingin melihat masa
depannya bahagia saja yang selalu berbicara mengandung bumbu pesimis.
Apa yang belum aku punya saat ini adalah seorang pasangan yang
benar-benar mau berada diduniaku.
Menuliskan
sebuah kata pasangan, aku jadi teringat tentang masa lalu, dimana aku
berjibaku dengan cinta dan rasa emosi selama lima tahun bersama Vika.
Dimana dia sekarang ya?, kita hampir saja menikah tetapi memang dasar
takdir memisahkan kita tanpa mau melihat kita duduk berdua
dipelaminan. Ya itu pilihanmu anak manis, aku adalah manusia yang
mudah menerima keputusan dan karena itu juga adalah hak dirimu dalam
memilih siapa pemimpin kehidupanmu nanti. Untuk kedua kalinya juga
aku mengalami nasib yang serupa, ehm dikhianatin… ya walaupun dia
berkhianat baru dari hati tetapi tetap tidak akan bisa setia jika
hatinya saja sudah berpaling.
Memang,
sebuah kesetiaan itu susah untuk dilakukan, lebih mudah memberikan
sebuah perhatian tetapi apakah ada yang sanggup mengunci hati itu
untuk tidak bertengger di lain hati?, susah, dan akupun mengakui itu
sulit walaupun selama ini aku berusaha menjaga kesetiaan. Aku pun
berpantang untuk berkata ‘putus’ atau selamat tinggal kepada
pasangan namun bila pasangan tersebut berucap sekali ‘putus’
niscaya untuk kedepannya hubungan tersebut tidak akan mudah
dijalankan. Dalam pernikahan pun dilarang keras bibir kita ini
berucap kata cerai, karena sekali saja berkata cerai, untuk
selanjutnya akan terus berkata cerai hingga benar-benar cerai.
Bagaimana pun, masalah dalam sebuah hubungan bisa diselesaikan dari
hati ke hati bukan secara emosi memakai ego. Jadi teringat sebuah
nasihat dari Almarhum Pakde ku, tiada masalah yang dapat
terselesaikan dengan emosi apalagi baku hantam, hanya berbicara dari
hati yang dapat menyelesaikan masalah karena lidah lebih tajam dari
pedang namun bila digunakan dengan benar akan memutuskan permusuhan
dan merobek batas keegoisan manusia.
Oh iya,
sahabat-sahabatku satu persatu telah meminang gadis pujaannya,
adapula yang sudah menggendong gendong hasil buah pernikahan mereka,
lucu dan sangat membuatku iri bukan main. Kita memang harus bersabar
dalam menanti jodoh, namun kita harus terus berusaha mencari dan
memilih mana yang terbaik untuk kita nanti. Mencintai seseorang
memang sulit buatku, jika hanya sayang sih siapapun bisa karena basic
manusia adalah makhluk sosial dan penyayang tetapi untuk menjadikan
hati membuahi cinta sangat sulit bukan main. Jadi teringat lagi akan
kalimat maha dasyat dari bunda, “rasa cinta itu hanya ada ketika
awal kita mencintai seseorang untuk pertama kali mencintainya”.
Berarti aku benar-benar mencintai seseorang kepada cinta pertamaku,
ya itu sudah hampir 10 tahun yang lalu aku merasakan cinta pertama
dengan seorang kaka kelasku waktu SD, si Witri, ya dia. Apakah aku
dengan dia waktu pacaran memakai cinta?, sepertinya iya, apapun yang
ia lakukan aku sukain dan apapun yang ia berikan adalah sebuah
kejutan tapi cinta itu mudah surut ya hanya dari sebuah kalimat yang
salah hahahahhaa….
Berarti
selama ini berhubungan dengan wanita lain tidak memakai cinta?, ehm…
dari 6 mantanku, Cuma 3 yang tidak memakai cinta, aku tidak akan
menuliskan siapa saja dan yang pasti aku menjalankan hubungan
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun itu karena cinta. Menjalankan
sesuatu tanpa cinta seperti rasanya melihat pelangi, indah tapi kita
gak pernah tahu ujung pelangi tersebut hingga tak jelas
keberadaannya. Kejam?, sudah pasti tapi itulah hidup, aku pun punya
hak untuk siapa aku mencintai dan untuk siapa aku menyayangi. Berawal
dari rasa sayang itu bisa berubah menjadi cinta jadi tidak usah
berpikir jikalau diriku tidak benar-benar mencintai seseorang.
Sekali
lagi, kesetiaan itu susah untuk kita lakukan. Ah lagi-lagi ngomongin
kesetiaan, sampai kapanpun rasa setia itu bakal sulit dijalankan,
dimana ada kesempatan untuk berkhianat bakal mudah melupakan
kesetiaan walaupun celah penghianatan itu kecil dan ditutupi dengan
rasa perhatian. Permanis diri saja kalau begitu caranya, ingat,
menaruh bangkai dimanapun pasti bakal tercium juga baunya. Janganlah
menggunakan topeng jika ingin menyenangkan pasangan, karena topeng
itu hanya menutupi rasa asli diri kita. Dari milyaran manusia di
dunia ini tidak ada yang memiliki sifat yang sama, semua berbeda,
justru hal tersebut yang bisa memberikan warna dalam kehidupan dibumi
ini. Maka dari itu, tidak usah banyak menuntut seseorang bila tidak
mau merasakan jiwa asli seseorang.
Manusia
dibumi ini diciptakan sempurna tetapi ada satu ungkapan “no body
perfect” ya benar kok, tiada didunia ini yang sempurna. Kenapa aku
bilang tidak ada yang sempurna, justru kita semua yang akan saling
menyempurnakan, satu sama lain berpegangan tangan untuk menutupi
ketidaksempurnaan dan bukan membuat manusia itu semakin tidak
sempurna dengan topeng yang suatu saat akan rusak termakan jaman
hingga akhirnya lelah mengenakannya dan pergi meninggalkan script
script tuntutan orang lain.
Kita
harus pintar mengenal siapa gerangan dirinya, jangan mencoba menutupi
ia dengan kebohongan rasa toleransi. Berpura-pura menerima sikapnya
karena cinta menutupi akal sehatnya, hingga akhirnya lelah sendiri
menutupi rasa hati yang berontak. Lebih baik kita terbuka apa adanya,
berikan sifat asli kita sejak awal, kalaupun tidak puas itulah
keputusan dari sepihak. Bukan aku mengajarkan keegoisan tapi aku
mengajarkan untuk menjadi manusia yang tidak membohongi diri sendiri
dan menutupi kelemahan kita. Lebih baik aku jujur jika aku lemah,
daripada berusaha menutupi kelemahan namun akhirnya ketauan juga
kalau kita lemah bahkan menjadi terlihat sangat lemah. Tidak ada
gunanya menutupi kelemahan, justru kita butuh bantuan dari orang lain
memberikan kita kekuatan agar melawan kelemahan, ya minimal
menjadikan diri kita terlihat kuat karena kita semua saling
menguatkan.
Sepertinya
tulisanku ini tidak artinya, sruput kopi dulu biar mata ini semakin
kuat menatap malam ini. Hiraukan suara klakson kendaraan, beginilah
jika memiliki tempat tinggal dipinggir jalan, berisik oleh deru suara
lalu lintas dijalan raya, tapi ada keuntungan dari semua itu, segala
kecelakaan yang pada hari ini bisa cepat kita ketahui siapa
korbannya. Tulisanku jadi ngawur, kemana-mana bahasannya tanpa jelas
artinya. Ya itulah aku pada mala mini, sedikit tergontai jiwanya
hingga sepertinya jiwaku berlari-larian kecil dikepalaku agar segera
kutinggalkan loteng atas dan berinteraksi dengan orang lain diluar
sana. Sayang sekali, aku ingin sndirian tanpa separuh jiwapun
menemaniku malam ini, kesendirian itu penting kita lakukan untuk
merenung, mencari inspirasi itu susah kalau lagi rame-rame, yang ada
ngobrol ngalor ngidul seperti orang melepas kantuk disaat meronda.
Semakin
tidak jelas tulisanku, nanti yang baca bingung maksud dari tulisanku
apa, walaupun sebenarnya arti dari tulisan ini tidak ada sama sekali,
hanya ingin menulis apa yang ada dipikiranku. Inilah sebuah karya
seni, sebuah seni tulisan, dimana apa yang ada dipikiran kita
dituangkan dalam tulisan. Jangan ragu untuk menulis, buatlah tulisan
itu menjadi bacaan bukan pikiran….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar