Trans Jogjakarta (sebuah
media transportasi yang Ramah)
Busway atau Trans Jakarta,
siapa yang tidak mengenal alat transportasi umum satu ini, bagi yang
tinggal di Jakarta dan sekitarnya bisa hampir setiap hari menaiki
Transportasi ini. gw pribadi yang bertempat tinggal di sekitaran
Jakarta baru sekali-kalinya menaiki Trans Jakarta, tetapi gw lebih
sering menaiki bus Trans Jogja daripada Trans Jakarta. Lho di Jogja
ada busway?, banyak orang-orang yang gw temui tidak tahu kalau kota
Jogjakarta sudah memiliki Transportasi unik seperti busway dengan
penggunaan jalur sendiri namun bukan jalur steril yang kendaraan lain
tidak diperkenankan berada dijalur tersebut.
Trans Jogja, bis nya
berwarna hijau dan memiliki fasilitas sederhana namun setara dengan
Trans Jakarta. Awalnya gw gak mengira kalau halte kecil berwarna
hijau itu adalah sebuah halte Trans Jogja, ukurannya hanya sebesar
warung makan kecil dengan tempat duduk seadanya dan tanpa pengamanan
ketat. Dihalte tersebut hanya ada 1 orang penjaga yang bekerja
double, sebagai penjaga loket, keamanan dan juga penunjuk koridor bus
apabila kita bertanya arah-arah bis selanjutnya. Pengalaman
mengesankan nan penuh keramahan itu gw rasakan ketika gw lagi
berlibur ke jogja selama tiga hari, rasa-rasanya keramahan dari Trans
Jogja perlu ditanamkan pada Trans Jakarta. Setiap menuju ke beberapa
tempat wisata di kota gudeg, gw harus menaiki Trans Jogja, kalau
kendaraan lain seperti becak dan angkutan umum lainnya sih ada cuman
gw disini sebagai turis, nah turis itu biasanya gampang dibegoin soal
tarif angkutan umum yang tidak tetap itu.
Nah, di Trans Jogja,
kita Cuma perlu mengeluarkan uang 3ribu rupiah untuk sekali jalan dan
kita tidak dikenakan tarif tambahan jika kita berpindah bis selama
masih berada di jalur arah Bus Trans Jakarta, kalau berhenti lalu
naik bis di halte seberang ya mesti bayar lagi 3ribu. Di beberapa
Halte memiliki 2 orang penjaga, tapi sepertinya hanya beberapa halte
yang dijaga oleh satu orang saja, itupun halte-halte yang jauh dari
keramaian. walaupun haltenya sederhana, soal keramahan serta
pelayanan bisa mengalahkan Trans Jakarta lho. Zumpah ane zuzur...
Untuk menuju menaiki
bis tersebut, gw harus masuk melalui pintu depan, padahal sih masuk
lewat mana saja jadi karena pas pertama kali gw sampai di jogja malah
masuk ke halte lewat pintu keluar sehingga sang penjaga halte
tersontak kaget ada pria jangkung yang tiba-tiba nongol dari pintu
keluar. Di pintu masuk, gw gak bakalan bisa masuk sebelum membeli
tiket karena tertahan oleh pager besi yang hanya terbuka apabila kita
sudah memasuki tiket berbentuk kartu ATM kedalam mesinnya. Sebelum
kita membeli tiket, petugas penjaga halte akan menanyakan tujuan kita
kemana, mereka tidak akan melayani calon penumpang yang tidak tahu
arah tujuannya kemana. Setelah gw memberitahukan arah tujuan kemana,
sang petugas dengan ramah memberikan wejangan nomer-nomer bis mana
saja yang mesti gw naikin, dia pun tidak sungkan-sungkan meminjamkan
pulpen ke gw untuk mencatat segala ucapannya.
Setelah jelas bis
nomer mana saja yang harus gw naikin, gw disuruh masuk sambil
memasuki sebuah tiket plastik seperti ATM (tentunya membayar 3ribu
rupiah saja). Gw gak bakalan jenuh menunggu bis yang kira-kira
15menitan sampai dihalte ini, ada beberapa koran baru yang siap
menemani gw untuk membunuh waktu. Selain itu, telinga gw dimanjakan
dengan lantunan musik dari radio sekitaran jogja yang menghadirkan
hits-hits populer tanah air, selama gw menaiki trans jogja selalu
saja terdengar lagu Noah, seperti waktu gw liburan di Bandung.
Sepertinya peterpan adalah sebuah band yang selalu menemani gw kemana
pun gw berlibur, thanks Ariel CS. Kalau lagi beruntung , gw bisa
duduk bareng dikursi besi bersama cewek-cewek Jogja yang ayu ne minta
ampuan, ya rata-rata sih pengguna transportasi ini adalah mbak-mbak,
mas-mas, adek-adek dan neng-neng diluar kota gudeg alias para pelajar
dari kota lain.
Ketika bis Trans
Jogja sampai di Halte, pintu canggih bis tersebut terbuka layaknya
lift. Muncullah seorang petugas didalam bis sambil tersenyum dan
berkata “dahulukan penumpang yang mau keluar ya, sabar-sabar”,
sebenarnya tanpa perintah seperti itu, para penumpang sudah mentaati
peraturan, terbukti dengan saat bis tersebut datang tidak ada
penumpang satupun yang langsung berada di pintu masuk bis melainkan
hanya berdiri untuk bersiap-siap masuk kedalam bis setelah penumpang
didalam keluar bis. Didalam bis berwarna Hijau tersebut, gw duduk
nyaman dikursi empuk yang empuknya melebihi kursi metro mini
hahahahaha. bener-bener nyaman lho didalam, ada AC dingin yang
menyejukkan kita didalam bis, selain itu ada pewangi yang biasa
dipakai dirumah-rumah atau restoran (5 menit sekali nyemprot
wewangian) sehingga didalam bis tidak ada bau kambing, jengkol
ataupun bau kaki setelah seharian main bola, selain itu juga ada
musik-musik enak (lagi-lagi Noah) menemani para penumpang bis.
Didalam bis ada 2 orang
petugas, pertama sang supir dan yang kedua adalah seseorang yang
berada di pintu keluar penumpang sambil membawa sebuah catatan berisi
berapa jumlah penumpang dan sampai jam berapa bis tersebut sampai
dihalte terdekat. Pada tiap-tiap pemberhentian halte, petugas yang
berada dipintu keluar akan memberitahukan nama halte tersebut dan
dari halte tersebut kita bisa menuju kemana saja, lengkap walaupun gw
rasa bagi penumpang yang duduk dibelakang tidak terlalu mendengarkan
suara si petugas tersebut karena suaranya terlalu pelan, memang logat
khasnya begitu hehehehe. Kalau kita ragu dengan kebenaran arah
tujuan, sang petugas dengan ramah akan menjelaskannya kembali kok,
pokoknya semua di bahas dengan senyum.
Berbeda dengan bis
Trans Jakarta, Trans Jogja tidak memiliki jalur khusus yang memang
disterilkan dari kendaraan lain. Jalur-jalur Trans Jogja memang
menyatu dengan jalur lainnya, sehingga posisi bis tidak melulu berada
dikanan, dikiri atau ditengah, terserah kemauan supir saja, yang
penting sampai di halte tanpa telat. Walaupun tidak memiliki jalur,
untuk jalur sekitar halte sudah diwajibkan bersih dari kendaraan lain
karena bis akan berhenti disitu. Bagi yang melanggar akan diklaksonin
berkali-kali, kalau tetep kekeuh gak minggir, wah supir turun sambil
nimpukin dengan gethuk goreng hehehehehe...
Selain tempatnya
bersih, keamanan pun terjaga padahal tak satupun satpam atau security
beredar disana tapi gw aman-aman saja naro dompet dikantong, mainan
hape malah ada yang nyalain laptop. Tapi ya tetep aja ada kritik
untuk haltenya, karena bentuknya kecil terkadang gw merasa gak nyaman
kalau halte tersebut lagi ramai banget, apalagi ketika hujan,
pastinya kehujanan kalau gw berada diluar halte menunggu bis (saking
penuhnya). gw sadari kalau Trans Jakarta tidak bisa seperti trans
Jogja karena memang budaya di Jakarta dan Jogja sangat berbeda jauh
sekali. Pengalaman gw naik Trans Jakarta lebih sering kecewa, Satpam
penjaga pintu yang galak, penjaga tiket yang kurang ramah melayani
calon penumpang dan keberadaan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab merusak keindahan fasilitas umum tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar