Dugem…
awalnya ada rasa penasaran dalam hati kenapa anak muda khususnya kaum
urban ibukota Jakarta sangat menyukai kegiatan ini. Setahu saya dugem
hanya lah kegiatan yang kerjaannya dengerin musik dengan speaker
bervolume kencang sehingga bagi telinga yang sensitive bakal
kesakitan, dari speaker tersebut keluarlah suara-suara lagu yang bisa
memacu tubuh kita bergoyang. Mungkin bagi saya, mendengar suasana
dunia gemerlap dari mulut kemulut tidak memberikan kepuasan
tersendiri, maka dari itu saya berani dan berangkat menuju tempat
tersebut dengan ditemani 4 orang rekan saya, salah satu dari mereka
mempunyai free pass (kode masuk clubbing agar gratis).
Walaupun
kita berempat hanya menggunakan motor tapi kalau sudah niat mau
diapain lagi, kita menuju gedung jamsostek dibilangan kuningan.
Tempat clubbing kami bernama 9 Cloud’s , kalau gak salah terletak
di lantai 39, angka yang ganjil buat tempat seperti ini. Sebenarnya
tempat tersebut tidak begitu terkenal dikalangan clubbing, banyak
juga yang tahu tempat tersebut namun bagi mereka suasana tempat
tersebut kurang gila, dan mungkin crowded pengunjung kurang begitu
paranoia. Perjalanan kami sampai ditempat parkir basement, memang
sedikit gila, kami berempat sama-sama pecinta kecepatan, kendaraan di
paju hingga 120kpj dan akhirnya bisa sampai tempat tersebut hanya
memakan waktu setengah jam lebih lima belas menit.
Temanku
sudah tahu kalau aku ikut untuk melakukan observasi, tapi hanya
temanku saja yang tahu karena kalau diberitahukan ke yang lain mereka
berpikir aku datang tidak untuk bersenang-senang melainkan hanya
untuk belajar. Ditempat parkirnya saja, berjejer mobil-mobil mewah,
mulai dari Toyota camry, Ford hingga mobil-mobil sekelas Bettley.
Dari mobil-mobil tersebut keluarlah beberapa anak muda yang kalau
saya perhitungkan kira-kira berumur antara 16 hingga 20 tahun,
terlihat masih abege. Dari pakaian si wanita, hanya memakai dress
simple yang sedikit transparan, saya sendiri saja bisa melihat isi
daleman mereka ketika lampu mobil menyoroti pakaian mereka, ada juga
yang mengenakan gaun yang lebih gilanya lagi tidak memakai beha
ataupun pengaman dada, saya tahu karena salah satu dari mereka
membetulkan alas kaki bermerknya dengan cara menunduk, dari situ akan
tak sengaja keliatan dua buah daging tumbuh milik mereka.
Sedangkan
yang cowok, memakai kemeja rapih lengkap dengan beberapa asesoris
asesoris penunjang ketampanan mereka. Ada juga sih yang menggunakan
kaos tapi bukan kaos kutang melainkan kaos yang memiliki merk distro
macam Bloob ataupun Black ID. Beberapa dari pengunjung clubbing
lewat didepan kami, wanginya bukan main, tidak satupun tercium aroma
minyak wangi non alcohol yang dijual dipinggir-pinggir jalan dalam
botol kecil dan roll on. Tempat clubbing dibuka pada pukul 11 malam
dan acara shownya baru akan di kumandangkan sekitar pukul 12 tepat,
mirip jam maling komplek perumahan beraktifitas.
Tak
sabar, saya dan teman-teman masuk kedalam tempat clubbing tersebut,
namun tak lupa tas kecil kesayangan saya juga ikut masuk kedalam
tempat clubbing. Oh iya, ditempat clubbing dilarang memakai sandal
jepit, saya gak tahu alasannya apa, mungkin takut ada orang yg iseng
main lempar-lemparan sandal atau takut terjatuh karena sendalnya
keinjek sewaktu berjoget. Sebelum masuk kita dicap dengan cap
stempel, mirip dengan kita mau masuk dufan, saya gak lihat logonya
apa, yang pasti bukan logo lumba-lumba lagi meloncat ataupun gambar
monyet bekantan apalagi bertuliskan pengajian majelis ta’lim
Al-Jihad.
Memasuki
ruangan memang ada rasa dag dig dug, saya berpikir jikalau ada razia
polisi kemungkinan saya juga ikutan ketangkep karena saya membawa
sejata tajam yaitu peniti buat nusukkin busi motor saya bila mogok.
Ruangan memang tidak terlalu terang, agak gelap tapi tidak terlalu
gelap karena sang DJ belum hadir maka musik yang disajikan adalah
musik-musik yang berasal dari laptop. Dari tempat yang saya masukin
ini, saya bisa melihat gedung-gedung Jakarta yang indah dimalam hari
karena terdapat jendela yang besar langsung menghadap ke view yang
asik. Melihat kebawah sudah merupakan jalanan kuningan yang tak
pernah sepi. Sambil menunggu DJ datang memainkan lagu, saya duduk
santai disebuah sofa empuk yang disediakan pemilik tempat sambil
melihat sekeliling saya. Tamu-tamu pengunjung mulai berdatangan, ada
yang rame-rame ada juga yang hanya berdua saja tetapi semoga gak ada
yang datang sendirian seperti tak punya teman.